Hari ini kembali ke tanah lempuyang desa diujung selatan kota sampit, sentra produksi berasnya sampit, tumpuan harapan sawasembada beras di Sampit, perjalanan kali ini dalam upaya sosialisasi kegiatan pengembangan jaringan irigasi khususnya rehabilitas jaringan tata air mikro yang telah mengalami kerusakan namun terletak pada jaringan irigasi primer sekunder yang baik.
Seperti di ketahui tanah rawa pasang surut mempunyai tipelogi yang khas, khas dengan ekstrimnya yakni pH tanah yang rendah/masam dan jelas keracunan Fe dan Al, dua jenis tanah yang dominan adalah sulfat masam dan tanah gambut. Tapi kenapa lahan rawa ini tetap menjadi tumpuan harapan kami bahkan mungkin Indonesia, karena lahan ini lah yang tersedia di sini dengan segala keunikannya dan bagi indonesia alasan tepatnya karena Kebutuhan pangan semakin meningkat, pertumbuhan penduduk dan lahan subur menciut akibat alih fungs dan lainnya, sehingga potensi lahan rawa pasang surut harus segera dikelola untuk mendukung pencapaian luas tanam dan swasembada secara nasional.
Keunikan itu juga yang kita kelola dengan pengelolaan air, maka irigasi sangat besar peranannya agar tanah rawa pasang surut bisa menghasilkan produksi yang tinggi. Pengelolaan air yakni keluar masuknya air di lahan sawah rawa pasang surut bak itu sulfat masam dan gambut bertujuan : Menjinakkan Firit, mencuci zat yang meracun (Fe, SO4,Al), Mengatur Oksidasi reduksi dan membuang air dari backswamp (drainase). tentunya juga diimbangi dengan pemupukan yang berimbang karena tanah sulfat masam cenderung kahat P dan K, maka pemupukan kedua unsur tersebut bisa dilakukan melalui tanah maupun foliar dengan pupuk organik cair yang diantara nya mengandung unsur hara makro dan mikro seperti POC Nasa yg sudah mereka kenal. Ameloran juga dibutuhkan untuk melawan firit ini minimal dosis 1 sampai 2 ton/ha.
Kesadaran dan pengetahuan para petani di daerah ini semoga semakin meningkat dan tanggung jawab untuk memelihara jaringan irigasi mikronya semakin besar, hal ini seharusnya tercipta bila tak ingin lagi ada keluhan “penyakit kuning” bahasa mereka untuk keracuna besi dan al dan sebagian memang karena “tungro”. Kedepan kegiatan pengembangan jaingan irigasi ini semoga mendapat dukungan lebih luas seperti yang kami rencanakan sekitar 1.000 Ha, dengan sasaran meningkatkan IP 200. Bravo Petani…
ternyata yg namax ari sampit boss nasa borneo gk cuma hobby balap mobil dan koleksi model cantik….bercocok tanam dan blusukan di medan apapun bisa…pokokx TOP MARKOTOP…dah..
SukaSuka
By: fikrie darmawan on 16 Juni 2013
at 12:59
Pak Fikrie Darmawan..apa kabar bos Pupuk Kaltim….halah balapan,..balapan sama semut ya pak…kalau soal koleksi model cantik setuju wes ha ha ha…
SukaSuka
By: wongtani on 19 Juni 2013
at 18:18