Oleh: Ari Sampit/wongtani | 5 Maret 2009

Berkunjung ke Handil Bali

seberangi sungai mentaya Tanggal 4 Maret hari yang cukup membuat kami berbasah basah ria, berangkat dari sampit jam 7.30 pagi dihadang hujan deras dan sempat 4 kali berteduh namun akhirnya sampai tujuan dengan basah kuyup.  Masih menunggu petani berkumpul dengan kondisi kedinginan, disuguhi makanan dengan lauk ikan asin, daun singkong, sambel dan nasi mengepul pulen beras baru panenan mereka yang murni organik.  Gimana tidak  organik, mereka masih mengandalkan kesuburan lahan dan keramahan alam.  Tidak pernah dipupuk dan tidak pernah ada perlakuan pestisida, pantesan nasinya enak sekali.   Tepat jam satu siang hujan mulai reda, kami segera menyeberangi sungai mentaya dengan menggunakan kapal kecil(kelotok), Menelusuri saluran sekunder handil bali IImasuk ke saluran sekunder (handil)  bali II.  Wah…asik sekali perjalanan ini, walau hanya 20 menit kondisi alam yang terlihat cukup meyakinkan untuk membantu kelompok tani disini bangkit kearah yang lebih baik.  Handil Bali II adalah saluran sekunder yang terletak di desa hanaut, kecamatan pulau hanaut kab. kotim.  kami menyeberang dari Kecamatan Mentaya Hilir utara yang jaraknya kurang lebih 25 km dari kota sampit.

petani menunjukkan padi lokal yang diberi nama ekor kudaTak lama kemudian kamipun merapat dilahan petani, rupanya lahan ini sudah lama dibuka terlihat dari sarana tata airnya.  Menurut cerita mereka lahan ini ditinggalkan sejak tahun 1983 dan sejak 9 tahun sang ketua merintis kembali untuk tetap bertahan pada lahan ini untuk menanam padi.  Hasilnya cukup bagus, walau masih sangat sederhana, yakni dengan menanam padi gogo jenis lokal.   Melihat kondisi lahan dan kesediaan air yang mudah daerah ini akan menjadi lumbung beras bila benar-benar digarap.  Pak  Bachtiar sang motivator dari Handil londonlah yang melihat peluang ini, bersama petani setempat beliau berusaha membuka daerah ini agar menjadi seperti di handil london yang tiga tahun lalu dia rintis sekarang sudah terbuka ratusan hektar sawah.

padi lokal berwarna hitamTernyata yang membuat kami juga sangat tertarik , banyak sekali jenis padi lokal mereka, ini diantaranya padi lokal yang berwarna menarikkekayaan kita.  Walaupun disadari umurnya panjang yakni sekitar 6 bulan baru panen namun citarasanya yang enak, tanpa kenal pupuk dan pestisida bisa mengangkat harga berasnya.   Tapi mereka juga ingin berubah kearah yang lebih maju dan secara ekonomis lebih menguntungkan, yakni menanam padi unggul tanpa meninggalkan padi lokal mereka khususnya daerah yang lahannya belum bisa diolah dengan baik alias mengandalkan tebas dan membakar secara terkendali.  Berdasarkan kesepakatan kami pada musim tanam April ini serempak akan dibuka, dan diharapkan musim selanjutnya penataan lahan mereka sudah kelihatan bentuk sawah dengan adanya pematang sawah jalan usaha tani dan penutup pintu air secara swadaya.  Kesungguhan dan semangat merekalah yang menentukan masa depan mereka, sementara kami hanyalah memotivasi dan memfasilitasi demi tujuan mulia ini.

Bravo….selamat berjuang Petaniku….


Tinggalkan komentar

Kategori