Oleh: Ari Sampit/wongtani | 1 November 2009

Musim berganti…

Petani kedele ds. sebiruMusim telah berganti mungkin kalimat itu menjadi ucapan banyak orang terlebih para petani kita, hujan telah turun di bulan oktober…tanah yang dulunya gersang habis terbakar kini hijau kembali dengan berseminya beragam flora khas tanah bergambut di kotaku…aroma segar dipagi hari tercium merasuk dalam ke hati para petani. Geliat dan polah mereka semakin berbanding lurus dengan naiknya berbagai komoditi yang sempat hilang dari pasaran akibat kemarau nan panjang, yah rejeki tahunan katanya. Maklum walau pasar terbatas namun bila kondisi alam tak bersahabat hanya petani gigihlah yg menuai hasil besar, kenapa tidak kaya kalau kacang panjang dihargai 12.000/kg bahkan seorang petani mampu meraup 25 juta dari tanaman parenya…dan banyak kisah lainnya yg tidak tertangkap oleh kata-kata penulis.
Saat ini bulan November, alam sepertinya belum menampakkan tanda lebih bersahabat, hujan tidak normal sementara tanaman butuh air. Tanaman Hortikultura khususnya sayuran masih bisa bertahan dengan melakukan penyiraman dari sumur-sumur di ladang namun bila jauh sumber air hanya kemurahan Tuhan yang mereka harapkan. Palawija seperti Jagung dan kedele yang aku kontrol didaerah desa Sebiru memuaskan sekali pertumbuhannya, sepertinya tanah sudah lembab dan mampu menyimpan air sambil menunggu hujan berikutnya, senyum dan optimisme petani didaerah tersebut meyakinkan aku kelak akan jadi harapan sentra palawija baru terutama kedele yang selama ini banyak ditolak mengingat pasar dan aspek budidaya yg dianggap rumit. Ubi kayu masih baru ditanam sehingga hijaunya belum terlihat, namun disela stek ubikayu telah tumbuh Jagung dan padi ladang, boleh juga…!
padi ladang Padi masih ada yang baru panen lho..nun ujung diselatan sampit…selamat dan sisa dari kemarau. Petani yang lain masih harap-harap cemas untuk memulai mengolah tanah mengingat debit air pasang sungai mentaya tidak cukup dan sekarang hujan pelit datangnya…! “Kapan kita mulai pak” ; belum berani mas, sawah kita masih kurang airnya, bila kita paksakan di bajak pasti akan kering ‘ kata teman petani penangkar benih padi’. wah jadi mundur semua yah…sekitar desember mulai tanam bahkan januari 2010 nanti. Inilah nasib petani padi, tak adanya saluran irigasi teknis membuat mereka tergantung pada “keramahan alam” yang notabene banyak berubah karena ekosistem sudah banyak terganggu, banyak sumber air hilang dengan adanya alih pungsi lahan menjadi perkebunan besar…ah perubahan yang membuat yang lain juga semakin berubah.
Petani dan pertaniannya…kata kunci juga kunci kehidupan ini, kita kaya mengapa masih juga tak merasakan itu, pangan sekarang lebih gawat dari ketersediaan energi. Rawan pangan jika menjadi krisis global wah gak terbayangkan kacaunya dunia ini, jadi tidak salah toh ” TAK AKAN MAJU SEBUAH NEGARA JIKA PERTANIANNYA TIDAK MAJU TERLEBIH DAHULU”. Pertanian masih dipandang sebelah mata….semoga pengambil kebijakan didaerahku memahami betapa pentingya pondasi ini, yang akan menopang hidup dan kehidupan masyarakat menuju kemapanan hidup yang sesungguhnya.
Musim telah berganti, dari kemarau menjadi penghujan dari era lima tahun yang lewat ke lima tahun kedepan…harapan demi harapan masih membuncah didada. Semoga tak lagi di nomer duakan….pada pergantian kekuasaan 2010 kedepan di kotaku …BRAVO PETANIKU


Tanggapan

  1. Maaf mas Budi..kalau stok PP kerja kita gak tau nih karena itu kewenangannya PP kerja…kalau di balai benihku aku bisa inpokan…namun nun jauh di kalimantan he he he…, Memang ciherang sudah mendominasi hampir diseluruh sentra padi di indonesi mas…dan program sl-ptt seindonesia paling banyak mengguanakn Ciherang yg disiapkan oleh PT.Pertania dan PT. SHS

    Suka

  2. maaf saya mau tanya…..
    ada yang tahu stok bibit ciherang prod.pp.kerja Byl
    mohon bantuannya…….
    kelompok petani saya sudah menunggu sejak kemarin alasan dari produsen terbatas. Wah sangat saya sayangkan
    Terima Kasih

    Suka


Tinggalkan komentar

Kategori