Oleh: Ari Sampit/wongtani | 27 Agustus 2009

HANDIL LONDON

Mata masih terasa ngantuk apa boleh buat pagi ini aku harus berangkat ke Handil London Desa Hanaut Kec. Pulau Hanaut,  kupanaskan mesin gerobak bututku sambil menunggu kawan-kawan yang ikut sementara akupun cepat-cepat mandi.  Jam 06.30 kami berangkat menyusuri jalan HM. Arsyad yang masih dalam perbaikan, debu tebal dan bau kabut pagi menyapa kami.  Mengapa harus pagi; alasan utama karena bila agak siangan gelombang sungai mentaya besar sehingga sangat mengkhawatirkan, alasan kedua karena petani kita lapor padinya bulan september akan di panen, alasan ketiga kan sedang puasa he he he…..

Mentaya ku sebrangiJam 07.20 tiba dipasar selasa Bagendang, melalui dermaga sungai sampit kami menyeberang menggunakan “Kelotok” atau kapal air yang sedang besarnya sehingga 8 orang tertambung dengan aman dan hebatnya pengemudinya dah siapin “jukung” kecil untuk sekoci bila ada apa-apa.  Hanya membutuhkan waktu 10 menitan kami tiba di Handil London, suasana air sungai Mentaya sedang surut karena epek kemarau, jadi kelotok menepi sebisanya hingga kami bisa memijakkan kaki ke tanah.  Kesan pertamaku setelah lama tidak berkunjung ke daerah ini adalah cukup menggembirakan, banyak kemajuan yang terjadi.   Tabat atau bendungan beton telah dibangun, jalan usaha tani terbentang lebar dan panjang, hamparan sawah kini sudah tertata rapi.  Semua berkat perjuangan Kelompok Tani Harapan Bersama yang dikomandani Pak Bahtiar dan semangat petani anggotanya dan tahun 2009 ini Pemenang ke 2 untuk lomba tata air mikro se Kalteng.

tanah kering dan retakNamun langkahkupun tertahan manakala didepanku terpampang tanah yang sudah pecah merekah dan diatasnya tumbuh padi yang sudah “mengurai” berbunga, hidup segan matipun tak mau !!  sedih juga apalagi petaniku yang punya lahan ini, mereka bilang saat ini kemarau cukup membuat repot kami pak, pompa air tak sanggup mengatasi dan kebetulan handil london sedang dibendung untuk membuat tabat/bendungan sehingga air mentaya gak bisa masuk.  Kuteruskan langkah dan ternyata masih ada yang bisa bertahan baik, sangat membuat tersenyum lebar.  Hamparan sawah milik beberapa petani yang ditanam dengan cara “tokongan”  (sebar benih dengan cara teratur dengan meletakkan beberapa benih padi sesuai jarak tanam dan setiap satu meter dibuat alur kosong mirip tandur jajar legowo) arah timur ke barat.  Wah senangnya hatiku mereka sudah memahami manpaat tanam teratur walaupun masih sistem tebar langsung, sesuai kearipan lokal dengan kondisi tenaga kerja yang terbatas.

Tabela teraturGiliran aku bertanya soal pemupukan : ” pak padinya dipupuk berapa kali in, lumayan bagus?”  wah saya hanya kasi urea satu zak aja pak !, wah hanya 50 kg urea untuk 1 ha lahan….?  alasan sama yang selalu kudapat bahwa mereka masih enggan memupuk dengan benar karena gak punya uang atau sayang uang  he he he, karena aku dah mamahaminya.  Semoga hanya masalah cara mereka berbagi saja bukan masalah mereka masih kekurangan, hal yang relatif memang karena setiap orang berbeda masalah dan kebutuhannnya.  Solusinya aku berikan catatan cara membuat pupuk organik dari bahan yang tersedia disekitar mereka yakni sabut kelapa, gulma purun tikus, daun kacangan dan sedikit pupuk kandang yang direndam dalam air plus POC Nasa dan Hormonik dan sebotol Super Nasa yang akan mampu menyemprot tanaman mereka sekuat dan semau mereka.  Semoga dengan perbincangan mengenai pupuk dan peluang uang yang didapat lebih banyak dengan pemupukan yang baik membuat mereka perlahan bisa berubah seperti berubahnya pola tanam mereka yang dulu tanam tinggal kini sudah menetap dan memelihara bahkan sudah mengenal mekanisasi dengan adanya 7 hand traktor pada kelompok tani ini.

Lokasi SLPTT di daerah ini masih lumayan berhasil, karena yang laen mundur waktu tanam menunggu hujan.  Lokasi LL (Laboartorium Lapang) masih posisi vegetatip dan selamat karena air pasang bisa masuk.  Setelah berdiskusi dilahan dan mendengar semua kesulitan dan harapan mereka kamipun kembali pulang mengingat air sungai mentaya semakin surut itu artinya Kelotok tak bisa menepi menjemput kami.  Bravo petaniku, Petani Harapan bersama Handil London.


Tinggalkan komentar

Kategori