Oleh: Ari Sampit/wongtani | 9 Oktober 2012

Jeruk Siam, apa kabarmu ?

Akhir September 2012 suasana masih kemarau dan berselimut asap, kerinduan untuk bercengkrama dengan petani membawaku ke Kecamatan Kota Besi, Desa Kota Besi Hulu.  Daerah ini dikenal dengan produksi jeruk siam dan sayuran seperti kembang kol, tomat, jagung manis, kacang panjang, cabe danlain sebagainya.  Sayang kemarau panjang tahun ini membuat lesu kegiatan petani bercocok tanam, hanya sebagian kecil petani yang tetap bertahan dengan kemampuan lebih dalam hal pengairan.  Barangkali kemarau memberi tanda agar mereka beristirahat walau kebutuhan hidup tak pernah istirahat !

Berkeliling di kebun pak Sajuri, tampak belum dibersihkan dan terkesan tidak terawat.  Hal ini memang sengaja untuk menekan penguapan dan mengurangi biaya serta efisiensi pemupukan yang tidak sebaik disaat awal penghujan.  Menjelang musim hujan nanti akan saya bersihkan gulmanya, pangkas jeruknya, dan mulai pemupukan kata pak Sajuri, namun saat ini gejala serangan hama lalat buah sudah mulai meresahkan gumamnya juga.  Wah mestinya pengendalian si lalat buah ini ga da istirahatnya pak, untuk terus menekan populasinya dan sangat bijaksana bila serempak pengendaliannya,  iya sudah juga saya lakukan sela beliau, perangkap Metilat Plus sangat membantu menekan kerusakan buah. (foto metilat dari mas Dana safari)

Pak Sajuri salah satu petani sukses, dari jeruknya saja Ratusan Juta sudah dia nikmati, belum dari tanamn sayuran seperti tomat dan barusan beliau sukses panen semangka ditengah kondisi kemarau panjang.  Beliau member Nasa senior, dan tersenyum mengingat ingat saat pertama menggunakan produk PT. Natural Nusantara  seperti Super Nasa, Power Nutrisi, Poc Nasa plus Hormonik yang selalu digunakan hingga saat ini. Penggunaan pupuk organik Nasa tersebut lazim digunakannya  saat jeruk belum produksi untuk memupuk sayuran disela tanaman jeruknya, akibatnya dia menjelaskan beda tanaman jeruknya yang ditumpangsarikan dengan sayuran plus pupuk organik nasa dan yang tidak, jeruk jauh lebih subur, kokoh dan banyak buahnya.   Sayang menurutnya banyak tanaman jeruk rekannya yang kurang terawat sehingga produksi tidak maksimal dan tanaman cenderung rusak.

Kedepan program pengembangan hortikultura khususnya jeruk akan terus di perluas dengan memperkuat yang sudah eksis dan menambah areal tanam baru di Kecamatan Yang Kondisi Tanah dan Petaninya yang mendukung untuk keberhasilan Budidaya Jeruk Siam. Harga untuk jeruk peras (sortiran tuk es jeruk) mencapai Rp. 2.000 – 3.000 sedangkan jeruk yang sempurna berkisar antara Rp. 5.000 – 7.000 dilahan petani, kalau saja 1 Ha minimal produksi buahnya 5 ton saja sudah mencapai Rp. 25 juta sampai 35 juta belum tambahan dari jeruk peras (sortiran) padahal produksi jauh diatas 5 ton bila terawat dengan baik.  Menurut Pak Yono petani jeruk desa bapeang, panen pertama saja modal saprodi, bibit, tenaga dan harga tanah terbayar lunas plus kuntungan.

 


Tanggapan

  1. […] Guru di Namrole Menjerit, Gaji Dipotong SepihakKecamatan Ulu Belu Tanggamus, Lampung Menyimpan Banyak Potensi GeowisataJeruk Siam, apa kabarmu […]

    Suka

  2. Salam Agro !!!

    Suka

    • Salam Agro……and Semangat Pagi Bos…..

      Suka


Tinggalkan komentar

Kategori