Oleh: Ari Sampit/wongtani | 16 Agustus 2009

Banyak Musuh Kepung si Nona

sinonaBetapa masygul hati seorang pekebun buah di demak, jawa tengah. Harapan menuai laba dari srikaya new varietas pupus sudah. Buah contoh ditolak pasar swalayan di semarang karena di sela-sela kulit ada bercak. beda benar dengan penampilan buah nona impor yang nyaris tanpa noda.

Noda hitam muncul gara-gara kehadiran penggerek buah Annonaepestis bengalella. Hama itu menetaskan telur di permukaan buah pentil. Dalam hitungan 5-7 hari telur bersalin rupa jadi larva. Pemangsa mungil berukuran 2 mm itu sangat rakus. Larva ngengat yang penyebarannya dari India, Indonesia, hingga Filipina itu lahap memakan daging buah. Bekas gigitan menyisakan alur-alur lubang di daging. ‘Pintu’ lubang biasanya dipenuhi kotoran larva berwarna hitam. Jika serangan berlanjut, buah membusuk. Ujung-ujungnya buah tak layak konsumsi.

Pengalaman pahit serupa dialami Budi Dharmawan, pekebun di Kendal, Jawa Tengah. Bengalella menyerang puluhan dari 5.000 pohon new varietas umur 2-3 tahun yang tengah belajar berbuah. Pien Sanjaya, asisten direktur produksi, buru-buru membungkus buah dengan kertas pembungkus makanan berlapis plastik sejak pentil. Dengan begitu diharapkan buah luput dari serbuan penggerek buah. Bila didiamkan bisa-bisa seluruh tanaman diserangnya.

Pengalaman Drs Hendro Sunarjono, hama penggerek buah efektif dibasmi menggunakan pestisida berbahan aktif imidakloprid. Contohnya Confidor, Winder, dan Imidor. ‘Caranya dengan menyemprotkan ke bunga atau pentil buah seukuran kelereng,’ tutur mantan peneliti di Departemen Pertanian itu. Dosisnya 0,2% dari total larutan.

Noda hitam di kulit buah srikaya juga bisa jadi karena ulah kutu dompol Planococcus lapellyei. Kutu itu bersembunyi pada sela-sela benjolan. Hama itu meninggalkan jejak kotoran hitam karena mengundang embun jelaga. Untuk memberantasnya semprotkan insektisida Hostathion berdosis 0,2%.
Pengisap cairan

Musuh lain perusak penampilan buah srikaya adalah kutu putih Pseudococcus lilacinus. Kutu lilin itu menusukkan moncongnya ke bunga, daun muda, atau buah srikaya, lalu mengisap cairan tanaman-berupa karbohidrat. ‘Daun dan kulit buah srikaya mengandung klorofil. Inti dari klorofil adalah karbohidrat,’ tutur Yos Sutiyoso, ahli serangga. Proses fotosintesis terus-menerus menyebabkan tumpukan karbohidrat di buah semakin tinggi. Pantas sela-sela benjolan kulit buah jadi salah satu tempat favorit.

Jika cairan tanaman terus-menerus disedot, sel pada bagian itu mengalami nekrosis alias mati. Wujudnya terbentuk warna hitam dan kerutan. Untuk mengatasinya, bungkus buah sejak masih pentil dengan kantong plastik transparan. Alternatif lain dengan menyemprotkan insektisida berpelarut xylene. Misal Akothion, Mipcin, atau Supracide. Bahan pelarut mampu meluruhkan lapisan lilin kutu putih. Kutu putih yang ‘telanjang’ berkulit merah muda. Dalam 1-2 hari ia mati.

Serangan kutu putih menghebat saat kemarau. Ketika itu sinar matahari berlimpah dan kelembapan rendah-kondisi nyaman buat hidupnya. ‘Pada kondisi itu serangan kutu putih mesti diwaspadai karena populasi cepat berlipat,’ imbuh Yos. Makanya aplikasi insektisida diintensifkan: frekuensi sekali per bulan dengan dosis sesuai pada label kemasan.

Buah srikaya juga bisa rusak karena kehadiran cendawan. Di kebun di Boja, Kendal, Prakoso mendapati buah pentil berwarna cokelat keunguan. Buah sehat mestinya hijau. Saat ditekan terasa keras dan kering. Hendro menduga itu akibat serangan antraknosa. ‘Pencegahannya dengan menyemprotkan Dithane M-45 0,2% atau Benlate 0,2%,’ kata mantan kepala Kebun Percobaan Cipaku Deptan itu.

Cendawan juga merongrong kayu dan daun. Di kebun Budi, pada beberapa pohon terlihat kulit pangkal batangnya pecah-pecah. Bagian kayu berwarna cokelat kehitaman dan tampak seperti basah. Itu karena kehadiran cendawan upas Cortisium salmonicolor akibat suhu pada malam hari terlalu dingin dan udara lembap. Dampak serangan itu fatal. Tanaman yang terserang mengering dan akhirnya mati. ‘Cendawan itu banyak ditemukan saat kemarau. Musim hujan populasinya justru sedikit,’ kata Hendro.

Saat kemarau temperatur udara malam hari lebih dingin dibanding musim hujan. Sedangkan pada siang hari panasnya lebih menyengat, kering, dan angin yang berembus lebih kencang. Pada kondisi itu cendawan cepat menular karena tertiup angin. Untuk mengatasinya, kelahiran Yogyakarta 76 tahun silam itu menyarankan penggunaan fungisida Dithane 2-3 % atau Derosal 60 WP.

Bila tidak mempan gunakan bubur bordo. Bubur itu terbuat dari campuran terusi dan kapur tohor. Masing-masing 1 kg bahan baku dihaluskan lalu dilarutkan dengan 5 liter air. Larutan terusi dituang ke dalam larutan kapur tohor sedikit demi sedikit. ‘Harus hati-hati karena kerap terjadi letupan pada saat mencampur,’ kata Hendro. Bubur dioleskan ke bagian batang yang terserang cendawan upas. Namun, sebelumnya batang dibersihkan dulu menggunakan kuas.
Gundul

Pien Sanjaya juga resah dengan bercak-bercak cokelat kehitaman pada daun srikaya new varietas. Maklum, serangan cendawan Hemileia vastatrix itu sempat membuat produksi kopi tanahair anjlok 25% akibat karat daun. Daun terserang cendawan lama-kelamaan gugur sehingga tanaman gundul. Cadangan pati tanaman habis karena tak mampu berfotosintesis sehingga akhirnya mati.

Hendro menyarankan agar tanaman disemprot dengan fungisida seperti Dithane dosis rendah, 0,2-0,5%. Berdasarkan hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, penyemprotan bubur bordo berdosis 2 ml/l juga dapat menekan serangan karat daun 49.2-76,7%. (Imam Wiguna)  Sumber : MAJALAH TRUBUS


Tinggalkan komentar

Kategori