Oleh: Ari Sampit/wongtani | 9 Maret 2009

Tanam Karet

bibit karet okulasi siap tanamMengintip trend masyarakat menanam karet ternyata asik juga, dari yang punya modal sampai yang seadanya semua berlomba menanami lahan mereka dengan karet.  Aku pikir ini sangat positif sekali dan memang didukung situasi saat ini bahwa masa keemasan komoditi kayu hutan sudah lama habis akibatnya banyak yang beralih ke pertanian dan perkebunan.  Wah…andai tahun 1990 an proyek besar besaran karet dilaksanakan saat ini gak ada yang menolaknya dan yakin sekali akan sukses, karena tidak ada lagi usaha menebang kayu alias loging.

Terus gimana ya kan gak boleh buka lahan dengan membakar nih, dilema bagi masyarakat dan biasa aja bagi yang punlahan siap tanam karetya modal.  Membakar adalah hal yang mudah juga murah, namun resikonya merugikan bagi lingkungan dan orang banyak tetapi juga petani tidak lagi bisa berladang.  Nun dulu saat bakar membakar masih boleh sesukanya produksi gabah/beras dari padi ladang/gogo di Sampit melonjak mendukung produksi dari sawah bahkan cenderung melebihi namun sejak aturan membakar lahan keluar luas tanam padi gogopun jauh berkurang.   Menyehatkan memang bila kemarau tak lagi berasap ria, salut juga atas keberanian pak Gubenurku dan jajarannya hingga kalteng tak lagi dicap pengekspor asap ke negeri jiran.   Tapi dalam konteks kesehjahteraan masyarakat aturan bakar lahan diperketat dengan memberikan lampu hijau asal mengikuti aturan main dengan berdasarkan luasan lahan yang ingin dibakar.  Ini hanya untuk petani,peladang dan pekebun, kalau perusahaan wah..jangan coba-coba deh!!!

Akhirnya bibit karetpun mulai tertanam dan petani sebelumnya sudah memeliharanya dengan POC Nasa plus Hormonik, kelak dilahan akan diteruskan dengan pemberian super nasa, NPK dan Dolomit.


Tinggalkan komentar

Kategori